11.3.12

tungku

Butir-butir air dari langit masih menuntaskan perjalanannya menyentuhkan keningnya di hamparan bumi yang darinya ia belajar untuk merentangkan tangan lebar-lebar pada kenyataan. Ia yang selalu saja datang menelusup di sela-sela butiran air itu, tak pernah sekalipun kuketahui kapan datangnya. Tahu-tahu saja butir air itu yang menjawab salamnya pertama kali.


"Hidup itu adalah sebuah tungku," ujarnya menjawab salam. "Sebuah tungku dimana nilai dan norma diaduk menjadi satu. Dimana hitam-putih, benar-salah, susah-senang, keceriaan-kesenduan, semuanya mendidih"


"Dan aku ??", sambutku tetap menembus tirai hujan.


"Engkau dan aku", ujarnya. "Tak juga kutahu dimana seharusnya kita berada"


Dan lambaian senyumnya adalah hal terakhir yang ditinggalkannya. Sebutir air bening yang jatuh perlahan, merekam semuanya dalam bulirnya, kemudian menyebut "jalani saja, tetapi jangan lupa menyiapkan mangkuk untuk hidangan dari tungku, ketika ia matang nanti"


Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar: